Produk

Jahe

Jahe (Zingiber officinale), adalah tumbuhan yang rimpangnya sering digunakan sebagai rempah-rempah dan bahan baku pengobatan tradisional. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas yang dirasakan dari jahe disebabkan oleh senyawa keton bernama zingeron.

Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.

Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman jahe tidak boleh tergenang.

Di masyarakat barat, ginger ale merupakan produk yang digemari. Sementara Jepang dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe. Sirup jahe disenangi masyarakat Tiongkok, Eropa dan Jepang.

Di Indonesia, sekoteng, bandrek, dan wedang jahe merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat di malam hari, terutama di daerah pegunungan.

Terdapat tiga jenis jahe yang populer di pasaran, yaitu:

jahemerah
Jahe Merah
Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Bahkan digunakan pula sebagai pengawet alami di industri pangan karena memiliki aktivitas antibakteri dalam kandungannya terhadap bakteri patogen dan perusak pangan. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan kulit warna merah, serat lebih besar dibanding jahe biasa.
jahe-gajah
Jahe Gajah
Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.
jahe-kuning
Jahe Kuning
Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning.

Kunyit

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah-rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan seperti pemakaian dalam perawatan kulit dan wajah.

Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean (Zingiberaceae). Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal di antaranya seperti unin (Ambon), gorachi (Ternate) yang berarti emas, turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), janar (Banjar), kunir (Jawa), konéng (Sunda), huni (Bima), konyè' (Madura), Kunyir (Komering). Cahang (Dayak Panyambung), Dio (Panihing), Uinida (Talaud), Kuni (Sangir), Alawaha (Gorontalo), dan masih banyak sebutan unik tersebar dari wilayah Indonesia mengingat indonesia memiliki beragam wilayah dan bahasa.

Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau sebagai pengawet.

Kunyit adalah rempah-rempah yang biasa digunakan dalam masakan di negara-negara Asia. Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau sebagai pengawet. Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul.

Tumbuhan kunyit merupakan tumbuhan semak dengan tinggi tanaman sektar 70 cm. Karakteristik batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, berwarna hijau kekuningan. Kunyit memiliki bunga majemuk yang berambut dan bersisik dengan panjang tangkai sekitar 16–40 cm. Mahkota bunga berupa kelopak silindris, berwarna kuning, berukuran panjang sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm. Bagian akar berwarna coklat muda dan termasuk jenis akar serabut.

Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat, Nepagin dan Kolidon 90.

Selain untuk pemanfaatan sebagai obat, kunyit juga bisa memberikan manfaat sebagai bahan pewarna alami. Pigmen aktif pada kunyit yang dapat mewarnai jaringan tumbuhan dan memberikan warna kuning adalah kurkuminoid. Proses pembuatan pewarna alternatif menggunakan kunyit dimulai dari mengambil filtrat kunyit. Filtrat kunyit diperoleh dari rimpang kunyit yang diparut halus dan diperas untuk diambil airnya saja. Filtrat kunyit tidak membutuhkan pelarut tambahan. Filtrat induk dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian A (filtrat kunyit tanpa penambahan air kapur) dan B (filtrat kunyit yang ditambahkan air kapur). Pewarna yang telah jadi kemudian digunakan untuk mewarnai seperti pada jaringan tumbuhan misalnya pada batang melinjo dengan menggunakan maserasi dengan metode Jeffery.

Kunyit indonesia mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil. Kunyit juga mengandung Lemak sebanyak 1 sampai 3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8% Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium. Pada pemanenan tanaman kunyit yang berusia 10 bulan, akan diperoleh rimpang kunyit dengan berat rata-rata 6,30 gram dari setiap satu pokok tanaman kunyit, dan rata-rata kandungan kurkumin sebanyak 170,1 mg atau sebesar 2,7%. Kemudian pada analisis LC MS menunjukkan bahwa pada serbuk rimpang kunyit mengandung beberapa senyawa dengan konsentrasi yang bermacam-macam. Konsentrasi tertinggi adalah senyawa kurkumin jika dibandingkan dengan konsentrasi senyawa yang lain.

Kandungan utama kunyit adalah kurkumin dan minyak asiri yang berfungsi untuk pengobatan hepatitis, antioksidan, gangguan pencernaan, anti mikrob, anti kolesterol, anti HIV, anti tumor (menginduksi apostosis), menghambat perkembangan sel tumor payudara, menghambat ploriferasi sel tumor pada usus besar, anti invasi, anti rheumatoid arthritis (reumatik),[14] diabetes melitus, tifus, usus buntu, disentri, sakit keputihan; haid tidak lancar, perut mulas saat haid, memperlancar ASI; amandel, berak lendir, morbili, cangkrang (waterproken).

Kunyit juga mempunyai prospek yang cerah pada sektor industri hilir dalam berbagai bentuk misalnya seperti ekstrak, minyak, pati, makanan/minuman, kosmetika, produk farmasi dan IKOT/IOT.

Kunyit Putih adalah tanaman herbal yang terdiri dari pucuk berdaun, bunga kuning dengan daun berwarna merah dan hijau, dan kelompok besar rimpang pendek dan pendek di bawah tanah. Rimpang kecil berbentuk lonjong hingga lonjong, sedikit meruncing di setiap ujungnya, dan umumnya berdiameter rata-rata 1 hingga 3 sentimeter. Kulit rimpangnya tipis, kasar, kencang, berwarna coklat muda, sering ditutupi bercak, bintik, dan goresan berwarna coklat tua. Di bawah permukaannya, dagingnya padat, berwarna putih, lembab, dan renyah dengan konsistensi sedikit lebih lembut dibandingkan jahe pada umumnya. Kunyit Putih mengeluarkan aroma obat yang pahit dengan nuansa musky dan kamper. Meskipun klasifikasi ilmiahnya sebagai kunyit, rimpangnya memiliki rasa yang lebih mirip dengan jahe dan memiliki rasa yang sedikit hangat dan pahit.

Kunyit Putih, yang secara botani diklasifikasikan sebagai Curcuma Zedoaria, merupakan tanaman tahunan yang tingginya kurang lebih satu meter, termasuk dalam famili Zingiberaceae. Nama Kunyit Putih yang diterjemahkan dari bahasa Indonesia berarti “Kunyit Putih” dan merupakan salah satu dari dua jenis Kunyit Putih yang ditemukan di Asia. Kunyit Putih merupakan jenis Kunyit Putih yang lebih kecil, bulat, dan kental, sedangkan Curcuma zerumbet lebih memanjang, ramping, dan silindris, mirip dengan kunyit kuning.

Kunyit Putih juga dikenal sebagai Zedoary atau Zedoaria dan memiliki banyak nama daerah di seluruh Asia, termasuk Kunyit Biten dan Temu Putih di Malaysia, Kentjur di Indonesia, Gandamatsi dalam bahasa Hindi, Sutha dalam bahasa Bengali, dan Amba Haldi, Kachur, dan Gajutsu di daerah lain di Asia. India. Rimpang berdaging adalah bagian tanaman yang paling banyak digunakan, dianggap sebagai bahan obat-obatan alami yang ampuh, dan dapat dimanfaatkan segar, dikeringkan, digiling menjadi bubuk, atau diekstraksi untuk menghasilkan minyak esensial. Kunyit Putih bukanlah penyedap kuliner yang umum karena sebagian besar telah digantikan oleh jahe, namun rimpangnya terkadang digunakan dalam masakan tertentu di masakan India, Thailand, dan Indonesia.

Kunyit Putih merupakan sumber vitamin C untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mengandung antioksidan lain untuk melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Rimpangnya juga telah digunakan dalam pengobatan alami di seluruh Asia sebagai bahan antijamur dan antiinflamasi. Kunyit Putih dikonsumsi untuk sejumlah penyakit, mulai dari masalah pernafasan, masalah pencernaan, hingga meredakan nyeri akibat gas, dan biasanya direndam dalam teh atau dikonsumsi sebagai tonik. Selain dikonsumsi, Kunyit Putih juga dapat dioleskan pada kulit bila dicampur dengan minyak kelapa untuk meredakan luka bakar. Air perasan rimpangnya juga dapat digunakan sebagai masker wajah, dicampur dengan minyak zaitun dan air jeruk lemon untuk mencerahkan dan meremajakan kulit.

Kunyit Putih memiliki rasa yang agak pahit, cocok digunakan sebagai penyedap masakan dan minuman gurih. Rimpangnya secara tradisional dijual di pasar basah sebagai bahan obat dan dikupas, diparut, dan diperas untuk diambil sarinya, dikonsumsi sebagai minuman tersendiri, atau dicampur ke dalam minuman lain. Rimpangnya juga bisa dikupas, diiris, dan diseduh menjadi teh, sering kali dipadukan dengan madu atau jahe untuk rasa yang lebih enak. Selain minuman, Kunyit Putih dapat dipotong dan diasinkan, bahan fermentasi populer dalam masakan India, atau dapat diiris tipis dan dimasukkan ke dalam sayuran hijau seperti yang terlihat pada salad Thailand. Rimpangnya juga dikeringkan dan digiling menjadi bubuk, digunakan sebagai pengental dan penyedap halus pada kari, masakan seafood, dan daging panggang. Kunyit Putih cocok dipadukan dengan bahan aromatik lainnya seperti kunyit kuning, jahe, bawang putih, dan cabai, daging termasuk domba, unggas, dan sapi, serta rempah-rempah seperti kapulaga, mustard, ketumbar, dan jintan. Kunyit Putih utuh yang belum dikupas akan bertahan selama beberapa minggu jika disimpan dalam kantong plastik di laci lemari es.

Kunyit Putih telah muncul dalam beberapa karya sejarah terkenal dari Abad Pertengahan. Selama ini, rimpang sering dikenal dengan nama Zedoary dan diperkenalkan ke Eropa melalui pedagang yang melakukan perjalanan melalui jalur perdagangan dari India. Zedoary disebutkan sebagai bumbu dalam Roman de la Rose atau Romance of the Rose, sebuah puisi yang ditulis oleh penyair Perancis Guillaume de Lorris pada tahun 1230-an. Penulis menghabiskan waktu bertahun-tahun menulis puisi tersebut, menyelesaikan sekitar 4.058 baris, tetapi puisi tersebut belum selesai setelah kematiannya pada tahun 1278. Kemudian, penulis Jean de Meun akhirnya menyelesaikan karyanya, menyusun 18.000 baris. Zedoary terdaftar dalam karyanya sebagai rempah-rempah yang unik dan langka, dan rimpang aromatiknya juga direferensikan dalam Kisah Sir Thopas dalam The Canterbury Tales, yang ditulis oleh Geoffrey Chaucer pada tahun 1387. Chaucer menyebutkan rempah-rempah dalam kisahnya karena ia juga terpengaruh. oleh Roman de la Rose, sebuah puisi yang sebagian besar dianggap sebagai salah satu karya sastra terpenting yang membentuk karya penulis Inggris. Inspirasi ini muncul ketika Chaucer menerjemahkan 1.705 baris pertama puisi Prancis ke dalam bahasa Inggris. Kemudian pada tahun 1621, Robert Burton menerbitkan sebuah buku yang dikenal dengan judul The Anatomy of Melancholy, sebuah buku setebal 900 halaman yang menjelaskan pengobatan untuk membantu menyembuhkan perasaan depresi atau kesedihan. Zedoary terdaftar sebagai obat untuk melankolis berangin atau hipokondriakal dan dianjurkan untuk ditelan sendiri atau dicampur dengan anggur dan dikonsumsi.

Kunyit Putih berasal dari daerah tropis dan subtropis di Asia dan telah tumbuh liar sejak zaman dahulu. Para ahli percaya tanaman tersebut mungkin pertama kali ditemukan di India, Bangladesh, dan Sri Lanka dan diperkenalkan ke wilayah Asia Tenggara, Cina, dan Jepang pada masa awal. Rimpangnya juga dibawa dan ditanam di Sumatera dan Jawa sehingga menjadi tanaman obat yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Kunyit Putih kemudian dibawa ke Eropa melalui bangsa Arab pada abad ke-6 dan dipandang sebagai bahan obat dan rempah langka sepanjang Abad Pertengahan. Meskipun popularitasnya, Kunyit Putih memudar dari produksi komersial seiring berjalannya waktu dan digantikan oleh jahe. Saat ini Kunyit Putih ditanam dalam skala kecil secara komersial dan di pekarangan rumah di Malaysia, india, Thailand, Cina, Jepang, India, Sri Lanka, dan Bangladesh. Rimpangnya juga diekspor dari Malaysia dan dijual di pasar basah di Singapura. Di luar Asia, akarnya diproduksi di Eropa dan Amerika. Kunyit Putih yang ditampilkan pada foto di atas bersumber dari Pasar Geylang Serai dan Food Court di Singapura.

Kluwak / Kepayang

kluwak

Kluwak atau Kepayang (Pangium edule Reinw. ex Blume; suku Achariaceae, dulu dimasukkan dalam Flacourtiaceae) adalah pohon yang tumbuh liar atau setengah liar penghasil bahan bumbu masak sejumlah masakan Nusantara, seperti rawon. Orang Sunda menyebutnya picung atau pucung, orang Jawa menyebutnya pucung, kluwak, atau kluwek, orang Minahasa menyebutnya pangi, di Toraja disebut pamarrasan, dan di Minangkabau disebut simanguang.

Biji keluak dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna coklat kehitaman pada rawon, daging bumbu keluak, brongkos, serta sup konro. Zat warna tersebut dapat menjadi pengganti pewarna sintetis seperti Chocolate Brown FH dan Chocolate Brown HT. Selain itu, bijinya juga memiliki salut biji yang bisa dimanfaatkan. Bila dimakan dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan mabuk karena beracun sianogenik.

Tanaman kluwak atau kepayang mengandung komponen glikosida sianogenik, yang dapat dengan cepat terhidrolisis menjadi gula, aldehida / keton, dan asam sianida. Glikosida sianogenik dapat ditemukan pada daun, kulit batang, dan biji tanaman kepayang. Racun pada biji kepayang dapat digunakan sebagai racun untuk mata panah. Bijinya aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu. Untuk memunculkan warna hitam, biji yang telah direbus dan direndam akan dipendam dalam tanah (setelah dibungkus daun pisang) selama beberapa hari.

Di samping glikosida sianogenik, terdapat pula beberapa zat lain yang tergandung dalam keluak, seperti asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, dan tanin. Kayu tanaman ini juga bernilai ekonomi, dengan berat jenis 450 – 1000 kg/m3.

Ungkapan "mabuk kepayang" dalam bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh cinta sehingga tidak mampu berpikir secara logis, seakan-akan habis memakan kepayang.

Kepayang berupa pohon tumbuhan hijau abadi tahunan berukuran sedang hingga besar, dengan tinggi 18 sampai 40 m, yang memiliki banyak cabang. Diameter batang mencapai 1 m, dan dapat memiliki akar penopang. Tajuk pohon kepayang lebat, dengan ranting yang mudah dipatahkan. Ranting muda pohon kepayang tersusun rapat dan memiliki rambut berwarna coklat yang akan gugur jika ranting menua.

Daun kepayang tumbuh berkelompok di bagian ujung ranting dalam pola spiral. Tangkai daun panjang, dengan helaian daun berlekuk tiga pada pohon muda dan bundar telur melebar pada pohon tua. Permukaan bagian atas daun gundul dan berwarna hijau mengkilat, permukaan bagian bawah memiliki rambut berwarna coklat, dan tulang daun menonjol. Daun memiliki panjang 15 – 25 cm.

Pohon kepayang berkelamin tunggal sehingga tergolong sebagai tumbuhan berumah dua (satu pohon hanya menghasilkan bunga jantan saja atau betina saja). Pohon akan mulai berbunga setelah sekitar 15 tahun. Pohon betina memiliki bunga yang tumbuh secara soliter dengan 5 – 6 kelopak mahkota bunga dengan staminode di antara satu kelopak dengan kelopak lainnya, 2 – 3 lobus kelopak, ovarium berbentuk bulat telur, 2 – 4 plasenta, dan banyak memiliki ovula dan stigma yang duduk (sesil). Bunga jantan juga memiliki 5 – 6 kelopak mahkota bunga dan 2 – 3 lobus kelopak, namun tumbuh dalam kelompok-kelompok & memiliki banyak stamen. Pohon jantan, selain memiliki bunga jantan, juga dapat memiliki bunga hermafrodit. Semua bunga memiliki lebar sekitar 5 cm dan berwarna coklat kehijauan. Bunga tumbuh pada ketiak daun atau pada ujung ranting.

Buah kepayang berbentuk seperti bola sepak, memiliki permukaan kasar berwarna coklat, & umumnya memiliki panjang 15 – 30 cm. Ketebalan buah sekitar setengah dari panjangnya, dengan daging buah lunak dan berwarna putih krim hingga kuning pucat. Massa buah dapat mencapai 1 kg lebih, dan setiap buah dapat berisi 1 – 18 biji kepayang.

Biji kepayang berbentuk bulat telur gepeng dan berwarna keabu-abuan. Cangkang biji tebal dan keras, dengan urat-urat menonjol. Biji memiliki panjang 5 cm.

Temu lawak

temulawak

Temu lawak, (nama ilmiah: Curcuma zanthorrhiza) adalah tumbuhan obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Tanaman ini berasal dari Pulau Jawa dan tersebar di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Tiongkok, India, Jepang, Korea, serta beberapa negara di Eropa. Tidak hanya tumbuh pada daerah Jawa saja, rempah ini juga tumbuh pada dataran di Pulau Maluku dan Kalimantan.

Rempah khas Nusantara ini memiliki beberapa sebutan. Pada daerah Jawa disebut Temulawak, di daerah Sunda dikenal sebagai koneng gede, sedangkan di Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur.

Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil dengan menggunakan teknologi budi daya yang sederhana, karena itu sulit menentukan letak sentra penanaman temu lawak di Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan, terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat ditemukan temu lawak terutama di lahan yang teduh.

Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif yaitu anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu di tempat yang lembab dan gelap selama 2–3 minggu sebelum ditanam.

Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas (setiap potongan terdiri dari 2–3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 4–6 hari. Temu lawak sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang dihasilkan besar, sebaiknya tanaman juga diberi naungan.

Lahan penanaman diolah dengan cangkul sedalam 25–30 cm, kemudian dibuat bedengan berukuran 3–4 m dengan panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk mempermudah drainase agar rimpang tidak tergenang dan membusuk. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 cm × 20 cm × 20 cm dengan jarak tanam 100 cm × 75 cm, pada setiap lubang tanam dimasukkan 2–3 kg pupuk kandang. Penanaman bibit dapat pula dilakukan pada alur tanam/rorak sepanjang bedengan, kemudian pupuk kandang ditaburkan di sepanjang alur tanam, kemudian masukkan rimpang bibit sedalam 7,5–10 sentimeter dengan mata tunas menghadap ke atas.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma sebanyak 2–5 kali, tergantung dari pertumbuhan gulma, sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat banyak rimpang yang tumbuh menyembul dari tanah. Waktu panen yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada umur 11–12 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada temu lawak yang dipanen pada umur 7–8 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara menggali atau membongkar tanah di sekitar rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul.

Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang. Rimpang temu lawak diekstrak untuk dibuat jamu godog/rebus. Rimpang ini mengandung 48–59,64 % zat tepung, 1,6–2,2 % kurkumin, dan 1,48–1,63 % minyak atsiri yang dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta antiinflamasi. Manfaat lain rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, antikolesterol, antiinflamasi, anemia, antioksidan, pencegah kanker, dan antimikroba.

Minuman ekstrak rimpang temu lawak berkarbonasi (limun temu lawak) juga dikenal di Indonesia, khususnya di Jawa. Minuman penyegar ini diproduksi mulai akhir dekade 1960-an dan mengalami kejayaan di sekitar 1970 sampai 1980-an.

Rimpang temu lawak dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan. Pada sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa pengusir (repellant) nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linalool, suatu geraniol yaitu golongan fenol yang tidak disukai Aedes aegypti.

Kandungan utama rimpang temu lawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin bermanfaat sebagai antiinflamasi (antiradang) dan anti hepototoksik (anti-keracunan empedu).

Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, antiinflamasi (antiradang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi.. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah.

Lengkuas

img1

Lengkuas, laos atau kelawas (bahasa Karo) (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Lengkuas adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak ditanam di Asia, seperti India, Arab, Cina, Sri Lanka, dan Indonesia. Umumnya masyarakat memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan pengobatan tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara mememarkan rimpang kemudian dicelupkan begitu saja ke dalam campuran masakan, sedangkan untuk pengobatan tradisional yang banyak digunakan adalah lengkuas merah.

Lengkuas dapat tumbuh di tempat yang terbuka; di bawah sinar matahari penuh atau yang sedikit terlindung. Lengkuas dapat tumbuh dengan baik di tanah yang lembab dan gembur dan akan kesulitan tumbuh di tanah yang becek. Lengkuas tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia, lengkuas banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di semak belukar.

Lengkuas berasal dari Asia Tenggara. Pusat budidaya selama perdagangan rempah-rempah pada mulanya berlangsung di Jawa. Hingga kini, lengkuas masih dibudidayakan secara luas di Asia Tenggara, terutama di Kepulauan Sunda Besar dan Filipina. Budidayanya juga telah menyebar ke Asia Tenggara, terutama Thailand.

Nama "lengkuas" berasal dari bahasa Melayu, yaitu lengkuas yang berakar dari bahasa Proto-Melayu-Polinesia *laŋkuas dengan kata serumpun dalam bahasa Ilokano langkuás; Tagalog, Bikol, Kapampangan, Visayan, dan Manobo langkáuas atau langkáwas; Aklanon eangkawás; Kadazan Dusun hongkuas; Ida'an lengkuas; Ngaju Dayak langkuas; dan Iban engkuas. Lengkuas juga disebut sebagai laos dalam bahasa Jawa dan laja dalam bahasa Sunda.

Salah satu manfaat lengkuas adalah sebagai antifungi (antijamur). Lengkuas adalah tanaman obat yang mengandung antimikrobial diterpene dan eugenol yang mempunyai aktivitas antijamur. Secara tradisional dari sejak zaman dahulu kala, parutan rimpang lengkuas sering digunakan sebagai obat penyakit kulit, terutama yang disebabkan oleh jamur, seperti panu, kurap, eksim, jerawat, koreng, bisul, dan sebagainya.

Ekstrak lengkuas bersifat sistemik, mudah diserap akar tanaman, dan dibawa seluruh tubuh tanaman sampai masuk ke dalam jaringan daun. Lengkuas merupakan tanaman obat yang bersifat bakterisida dan fungsidal, yang memiliki kandungan 1% minyak asiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20%-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, ä-pinen, galangin, serta sesquiterpene, camphor, galangol, cadinene, dan hydrate hexahydrocadelene.

Eugenol yang terdapat pada rimpang lengkuas (Alpinia galangal) dikenal memiliki efek sebagai antijamur Candida albicans. Salah satu efek obat dari eugenol adalah sebagai antiseptik lokal, sedangkan derivat dari eugenol dapat bekerja sebagai biosida dan antiseptik. Senyawa lain yang juga memiliki efek sebagai antijamur adalah diterpene. Penelitian yang dilakukan oleh Haraguchi, dkk. juga menyatakan bahwa senyawa diterpene yang diisolasi dari biji lengkuas dan diidentifikasi sebagai (E)-8 beta,17-epoxylabd-12-ene-15, 16-dial secara sinergis meningkatkan aktivitas antijamur.

Selain sebagai antijamur, rimpang lengkuas efektif digunakan sebagai pengobatan terapi berbagai macam penyakit karena mengandung aktivitas antibakteri, antijamur, antiradang, antihepatotoksik, antioksidan, imunodulator, antiulseratif, antitumor, dan antialergi.

Build Health

Our Latest Product To Build Health

product01
Oraganic Fresh Food
product02
Natural Vegetable
product03
Food Health Check
What We Do

Our Services

Fresh Juices

Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took.

Natural Vegetables

There are many variations of passages of Lorem Ipsum available, but the majority have suffered alteration in some form, by injected humour

Garden Fruits

All the Lorem Ipsum generators on the Internet tend to repeat predefined chunks as necessary, making this the first.

Our Team

Our Expert Team

team01
Mat Ryan

Food Production

team02
Laura Jones

WareHouse

team03
Edward Kelly

Stocker